SEKILAS KEBERADAAN LEMBAGA PENDIDIKAN DI INDRAMAYU DARI MASA KE MASA

 

(Artikel Deskripsi)

Oleh: Drs. H. Samsul Hadi, M.Si.

Indramayu adalah daerah kabupaten di Provinsi Jawa Barat Indonesia. Indramayu memiliki  31 kecamatan, yang terbagi ke dalam 309 desa dan 8 kelurahan. Ada pun luas wilayahnya adalah 204,011 ha. Jumlah penduduknya berdasarkan data stasistk tahun 2017 adalah +- 1.845.205 jiwa. sedangkan  luas wilayahnya 2.040,11 km2, dan sebaran penduduk 904 jiwa/km2. Indramayu termasuk daerah yang berada dalam Wilayah Pasundan, karenanya ada sebagian kecil masyarakat Indramayu terutama di wilayah Selatan yang  berbahasa sunda, sedangkan di wilayah lain bahasa kesehariannya adalah jawa khas Indramayu. Kabupaten yang  terkenal sejak dahulu sebagai daerah penghasil mangga gedong gincu dan cengkir ini, secara geografis terletak  pada posisi  107 52’-108 BT dan 6 15’-6 40 LS dengan batas wilayah di sebelah Barat adalah kabupaten Subang. Di sebelah Timur, Laut Jawa dan Kabupaten Cirebon. Di sebelah Selatan adalah Kabupaten Majalengka dan  Kabupaten Sumedang, sedangkan di sebelah Utara, adalah laut Jawa. Adapun Bupati Indramayu saat ini adalah (PLT) H. Taufik Hidayat. Sedangkan  Visinya adalah REMAJA (Religi, Maju, dan Sejahtera) yang digagas oleh bupati sebelumnya, yaitu Bupati H. Irianto MS. Syafiuddin (2000–2010).

Indramayu, adalah salah satu kabupaten dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. data statistik tahun 2010 mencatat, bahwa Jumlah penganut agama Islam sebanyak 1,648 ,634. kemayoritasan penduduk Muslim sehingga disebut sebagai  daerah yang religius ini terbukti dengan maraknya tempat-tempat ibadah. berdasarkan data pada tahun 2014, jumlah Masjid  sebanyak 802, langgar atau Mushola sebanyak 3.754, sisanya 4 Gereja Protestan, 10 Gereja Katolik, dan 2 Vihara. Salah satu masjid tertua yang sampai saat ini masih ada dan terpelihara dengan baik, sekaligus merupakan bukti sejarah dan tercatat keberadanya oleh Petugas Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCP) adalah bernama Masjid Darussajidin yang dibangun pada tahun 1414 M di Desa Bondan, Kecamatan Sukagumiwang. Konon, Masjid ini dibuat dalam waktu satu malam oleh Syekh Datul Kahfi, masjid ini dibuat untuk menyebarkan syiar Islam di Daerah Bondan dan sekitarnya. Masjid lain yang juga berusia tua adalah Masjid Pusaka Baiturrahmah atau Masjid Penganten yang dibangun pada tahun 1505 M di Desa Dermayu, Sindang. Masjid ini konon menurut Babad Dermayu dibangun oleh Nyi Endang Dharma dan orang tua angkatnya, Ki Tinggil. Ki Tinggil sendiri adalah ajudan dan penasehat Raden Bagus Arya Wiralodra. Disebut sebagai Masjid Penganten, oleh karena tempat ini sering dijadikan tempat pernikahan.  Berdirinya masjid tersebut merupakan cikal bakal lahirnya Sistem Pemerintahan Indramayu, sehingga pada ahirnya dibangun  gedung yang dikenal dengan pendopo hingga sekarang. Letak Pendopo pemerintahahan Indramayu berada di sebelah Utara Masjid Agung Indramayu. Sekarang, Jl.Mayjen Sutoyo No.1E Lemahabang kec/kab Indramayu. Disamping berdirinya masjid-masjid tertua saat itu, lahir pula beberapa pesantren di pelosok-pelosok desa Bumi Wiralodra ini, Adapun pondok pesanteren tertua di kabupaten ini adalah Pondok Pesantren Asy-Syafi’iyah Kedung Wungu, Krangkeng yang Didirikan pada tahun 1959 M. Pendirinya adalah K.H. Afandi Abdul Muin Syafi’i, beliau adalah salah satu santri Tebuireng Jombang era K.H. Hasyim Asy’ari dan Pesantern Tambak Beras Jombang  era K.H. Wahab Hasbullah. Kemudian, seiring dengan perjalanan waktu banyak terbangun masjid-masjid, Surau atau Mushola, juga pesantern-pesantren, seperti tersebut di atas. Bangunan-bangunan tempat ibadah dan pendidikan, baik formal maupun non formal, mendorong pula lahirnya tokoh-tokoh ulama dan cendekiawan muslim di kabupaten ini, berkat jasa dan perjuangan dakwah para  kiai sepuh, ahirnya bermunculan para kiai-kiai, seperti syekh Abdul Manan, seorang kiai yang Namanya diabadikan sebagai nama yayasan Masid termegah di tengah-tengah kota, yaitu Masjid Raudlatul Jannah Islamik Center Indramayu. Yang dijadikan sebagai pusat kegiatan Islam Indramayu. KH Abdul Halim, pendiri Pondok Pesantren Al Halimu, Dukuh Jati Krangkeng, KH. Ahmad Kholil , pendiri ponpes Al-Ma’shumi Widasari, KH. Hasan Basari di Ujung Aris, K. Bajuri di Sudimampir, KH. Muslim di Tambi, juga seorang kyai besar sekarang seperti K.H. Syakur Yasin, M.A. yang lahir pada tahun 40 an, adalah kiai yang dikenal sebagai “Kyai yang berpikir Dinamik dan analitik”, seperti yang disebutkan oleh tokoh Nahdiyin yaitu K. H. Abdurrahman Wahid, bahwa di Indonesia Cuma ada tiga orang yang berpikir analitis dalam memahami Islam, yaitu Quraish Shihab, Pak Syakur, dan Cak Nur. sejak muda beliau sudah rajin menerjemahkan kitab-kitab berbahasa Arab mulai dekade akhir tahun 60-an. Kemudian beliau tinggal di negara-negara Eropa mulai tahun 1971 hingga tahun 1991. Pendidikan akademiknya  selama belajar di Timur Tengah dan Eropa  adalah di bidang Kritik Sastra Objektif. Sementara tingkat strata 2 beliau belajar bidang linguistic. Di tingkat doctoralnya adalah di London dengan konsentrasi dialog teater. Beliau selama di Timur Tengah dalah belajar di Universitas Al-Azhar  dan Universitas Baghdad seperti Gus Dur dan Quraish Shihab. Setelah kembali ke Indonesia, beliau berdakwah dikampung halamannya di Indramayu dengan mendirikan Pondok Pesantren Candangpinggan hingga sekarang. Namun pada akhirnya di kenal di seluruh Nusantara juga luar negeri karena kecerdasannya dan aktif berdakwah di majelis-majelis termasuk di dunia medsos.

sejalan pula dengan majunya peradaban ilmu pengetahuan di dunia, khususnya di Indonesia, Indramayu pun tidak kalah ketinggalan dengan daerah-daerah lainnya di Nusantara ini. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya  pesantren-pesantren baik salaf maupun bercorak modern. Semata-mata dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan khususnya masyarakat di kota Mangga ini. Andil  Pemerintah Daerah pun terhadap perkembangan kemajuan daerahnya dan dalam rangka mempertahankan visinya sebagai daerah yang religi, maju dan mandiri terus diupayakan dalam rangka bersaing  dengan kabupaten lain, khusunya di Jawa Barat dan umumnya di Indonesia dengan memberikan perhatian pada semua sektor, terutama pendidikan, baik formal maupun non formal. baik moril maupun material dalam memperhatikan ketertinggalannya dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Dibangun pula  kantong-kantong pendidikan formal, seperti sekolah-sekolah umum, baik berlevel Negeri maupun swata,  pusat pendidikan formal dan non formal, seperti pesantren-pesantren yang di dalamnya terdapat pendidikan umum, sehingga dapat memudahkan bagi para orang tua atau pencari ilmu pengetahuan memilih pendidikan mana yang dikehendakinya. Dengan demikian, pada akhirnya Kabupaten Indramayu banyak melahirkan para kiai/ulama, sarjana plus ulama, birokrat muslim, santri plus pelajar, santri takhassus, dan pelajar. Sebagai bukti bahwa banyaknya kantung pendidikan agama atau umum adalah beradaskan data tahun 2015, tercatat sebanyak 11 pondok pesantren yang kategori besar. Belum terhitung jumlah pondok pesanten kategori kecil, salah satu diantaranya yang terkenal di Indonesia dan negara jiran yaitu Pondok Pesantren Moderen Al-Zaytun yang dikenal dengan sebutan Ma’had Al-Zaitun,  yang berlokasi di Desa Mekarjaya Kecamatan Gantar, berbeda dengan yang lainnya, Pondok yang satu ini disamping menyediakan lembaga Pendidikan formal dan non formal, seperti: TK/TPA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA, namun menyelenggarakan jenjang Perguruan Tinggi. Sehingga sampai saat ini banyak jebolah pelajar dan mahasiswa alumni pondok tersebut, baik dari dalam maupun luar negeri. Sejalan dengan hausnya masyarakat akan pendidikan agama maupun umum, baik formal maupun non formal, maka kantung-kantung lembaga pendidikan pun mengalami kemajuan yang signifikan, sehingga Indramayu banyak melahirkan tokoh-tokoh yang terkenal. Seperti Irjen. Pol. Drs H. Ahmad Dofiri, M.Si. adalah seorang perwira tinggi Polri yang sejak 1  November 2016 mengemban amanat sebagai Kapolda DIY. Beliau lulusan terbaik Akpol 1989 dan berpengalaman dalam bidang SDM. Kini, beliau adalah sebagai salah satu dari empat calon KAPOLRI. Kita juga mengenal tokoh politikus seperti Dr. H. Irianto MS Syafiuddin yang lebih dikenal dengan nama Yance (lahir di Ambon, Maluku, 27 Oktober 1955, dari keturunan asli Indramayu) adalah politikus dari Partai Golkar, dia pernah menjabat sebagai Waka DPRD Jawa Barat juga sebagi ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat 2009-2015. Menjabat sebagai Bupati Indramayu selama dua periode 2000-2005 dan 2005-2010, dan dilanjutkn oleh istrinya, Hj. Anna Sophana selama dua periode juga. Kita juga mengenal tokoh Wayang Cepat yaitu Warsad Darya pada era tahun 70-an, karirnya sebagai dalang saat berusia 24 tahun. Dari Desa Gadingan, Sliyeg , Indramayu, Jabar. Wayang ini  diperkirakan sedah berumur 700 tahun sejak  masa Wali Songo. Kita juga mengenal kepiawaian  seorang seni lukis asli Kota Mangga, yaitu, syajidin dan Dirot Kadirah yang objek lukisanny berupa ikan, hasil karya keduanya  terkenal hingga luar negeri. xxxxxxx

Tidak cukup hanya itu saja pembuktian yang memperkuat bahwa Indramayu adalah daerah religi, yaitu berupa data tentang adanya tempat/situs wisata Religi Islam Indramayu. Sebagai mana data yang tercatat dari Persatuan Mahasiswa Indramayu di Jakarta, di Indramayu terdapat 30 Tempat Wisata Religi yang tersebar di pelosok pedesaan di kabupaten yang bersemboyan  Mulih Raharja dan berlogo Perahu ini. Disamping adat dan istiadat yang hingga saat ini masih eksis karena dipertahankan keberadaanya oleh masyarakat, seperti Adat Ngarot di Desa Lelea, upacara ungkapan terima kasih panen raya dan motivasi bagi pemuda-pemudi di desa tersebut agar mereka mau terjun ke sawah menggantikan kaum tua. Adat Mapag Sri, upacara kenduri sebagai  ungkapan syukur atas panen raya yang melimpah. Disamping itu, kita memiliki Adat Jaringan - mencari pasangan hidup, Mapag Tamba – Upacara mengusir penyakit saat bertani, Nadran – Tradisi nelayan atas rasa sykur hasil tangkap ikan, Ngunjung – ziarah makam keramat, Sedekah Bumi – rasa syukur petani kepada Tuhan. Disamping itu, Indramayu yang terkenal denag 11 kuliner khas mulai dari Pindang Gombyang Manyung, Nasi Lengko, Rumbah, Burbacek,pedesan Entog, orog-orog, Mie Ragit, Bubur Glintir, Geblog, Blengep Cotot, dan Cimplo, juga memiliki minuman khas, seperti : Banderek, Beigur, Wedang Sere,  The Bruk, Cuwing, dan lain-lain. Ini semua ikut memberikan khas dan keragaman budaya Indramayu.

Sejarah kita membuktikan bahwa Indramayu adalah daerah Religi. Dengan hadirnya para kiai di Indramayu dari masa ke masa, dengan ketekunan dan kesadaran yang tinggi, dan kesabaran yang luar biasa dari mereka, pada ahirnya dapat mendorong kesadaran masyarakat di kabupaten yang lahir pada hari jumat kliwon  tanggal 1 Muharram bertepatan dengan tanggal 7 Oktober 1527 ini, kesadaran pentingnya hidup sejahtera, aman, damai, mulih harja, adalah dengan ilmu pengetahuan. Mendorong  para orang tua kita akan pentingnya ilmu pengetahuan, dakwah-dakwah para kiai dan ulama salaf kita, baik yang tergabung pada wadah NU, Wasliyah, Muhammadiyah, dan yang lainnya menyadarkan kita akan pentingnya ilmu agama dan ilmu social kemayarakatn. Sejalan dengan intruksi Bupati Indramayu,  Irianto Syafiuddin yang mewajibkan anak usia SD wajib mengikuti pendidikan Agama di madrasah, pada ahirnya para secara sadar orang tua kita banyak yang memilih pesantren, baik pesanteren salaf maupun modern sebagai pilihan terbaik untuk membina anak-anaknya, terlebih semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi seperti pada zaman sekarang, menjadikan pondok pesanteren plus pendidikan formal sebagai pilihannya, sejalan dengan perkembangan dan kemajuan  zaman, maka, Kabupaten Indramayu yang  memiliki masjid mewah dan megah yang diresmikan oleh Gubenrnur Jabar dan  dan Bupati Anna Sophana.yakni Masjid Syekh Abdul Manan, Islamic Center melahirkan ribuan kiai-kiai muda sebagai penerus kokohnya agama Islam di bumi Indramayu ini, melahirkan  ulama-ulama besar plus cendekiawan ,para Guru/ustadz, ilmuan-ilmuan, dan tokoh birokrasi. Kiprah mereka dalam rangka menjalankan   pengabdian ilmu dan pengetahuannya  tersebar luas berserakan bagai daun-daun yang jatuh tertimpa angin, ada yang jatuh dibawah pohon induknya, menjauh dari induknyanya, bahkan sangat jauh entah berada di mana. Mereka menjalankan tugas dan pengabdian dari keberhasilan setelah mendulang ilmu dari lisan para guru tersebut  sesuai  takdir-Nya.

masjid-masjid, serta situs-situs peninggalan leluhur  Agam Islam. dapat  dan mewarnai penduduk di daerah berlogo perahu ini, akan kesadaran beragama Peran pesantren begitu besar dalam menjaga dan meyelamatkan bangsa kesetabilan moralitas bangsa (bersambung)

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekilas Pendidikan di Indonesia (Resume Daring Hardiknas 2020 orsat Kairo)

Tugas Bab 1. Laporan Hasil Percobaan